BOLA BASKET AYAH
Monday, July 15, 2013
Aryo menatap
nanar makam ibu nya,dilihatnya tanah yang masih merah itu. Hatinya masih berat
untuk melepas kepergian ibunya. “ bagaimana pun ibu akan selalu di hati
Aryo…Aryo akan buat ibu bangga… Aryo janji..”kata aryo dalam hati
*
4 tahun
kepergian ibu, kehidupan Aryo memang tak sama lagi seperti dulu,tak ada lagi
tempat bermanja-manja. Ayah dan kakaknya memang masih ada di samping Aryo, tapi
tak sama seperti dulu lagi. Ayah nya sekarang seperti tak perduli dengan Aryo.
Sibuk dengan urusannya sendiri. Kakaknya pun demikian, namun kakaknya masih
peduli dengan keadaannya. Hari – hari yang berat menghampiri hidup aryo.
Semuanya hilang setelah Ibunya pergi untuk selamanya.
Hari terus
berjalan menemani jam yang terus berputar. Aryo yang mencoba tegar dengan
keadaan itu, harus kembali mendengar kabar yang makin membuat hidupnya tak
menentu. Ayahnya meminta restu olehnya untuk menikah kembali. Ayahnya menikah
dengan seorang perempuan yang sama sekali belum dikenalnya. Harus apa yang
dilakukan oleh Aryo? Di satu sisi, Aryo memikirkan Ayahnya yang umurnya semakin
bertambah dan harus ada yang mengurusnya di kala senja. Di sisi lain, ia tidak
mau posisi Ibunya digantikan oleh orang lain. Ketakutan melanda hatinya yang
sedang terpuruk dengan semua ini.
*
“ Aryo, Ayah
kan semakin lama semakin tua. Aryo tidak kasihan sama ayah? Aryo tinggal di
rumah nenek sedangkan ayah tinggal sendiri dirumah! Kalau ayah kenapa – kenapa
gimana?”
Aryo terdiam
dan hanya bisa menundukan kepalanya
“ Ayah ingin
menikah lagi yo…! Gimana menurut Aryo?.....”
Aryo sama
sekali tidak mengeluarkan satu katapun dari mulutnya
“ Aryo bisa
rundingan dulu kok sama kakak….!”
Tanpa
memikirkan omongan Ayahnya , Ia langsung pergi ke kamarnya. Ia menangis
sekencang –kencangnya. Dalam hatinya ,” Apa ini semua takdir Mu ya Allah? Kau
sengaja ambil Ibuku dan kau izinkan Ayahku menikah lagi!!!!ITUUUUU mau Mu?????
Apa yang harus aku lakukan ya Allah??? Apa…..?”
Suasana
semakin hening ketika Aryo terdiam dari tangisnya dan sejenak merenung…
*
Aryo tidak
pernah sama sekali menjawab pertanyaan dari Ayahnya itu. Ia idak pernah
memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Ayahnya. Aryo sempat berpikir “
Terserahlah Ayah maunya gimana? Aryo gak mau ikut campur…Kalau itu yang terbaik
buat Ayah, lakuin aja…gak perlu capek – capek mikirin perasaan Aryo.”
1 Bulan telah
berlalu dari kejadian itu. Ternyata, ayahnya telah melangsungkan pertunangan
dengan wanita yang ingin dinikahinya kelak. Aryo tidak tahu menahu tentang soal
itu. Waktu itu hari minggu, seperti biasa Aryo latihan basket di sekolahnya dan
hari itu ayahnya melangsungkan pertunangan oleh wanita itu. Aryo latihan basket
sampai sore dan sesampainya dirumah, ia dapat telpon dari kakaknya. Kakaknya
bertanya “ Yo, lo dari mana sih? Jadi gimana sekarang, lo setuju kalau ayah
nikah lagi?”. Aryo pun menjawab,” Gw latihan basket. Terserah ayah mau nikah
lagi apa gak..Kalau itu yang bisa bikin Ayah bahagia, lakuin aja. Gak usah
pikirin gw. Gw udah gede!!!”. Aryo membanting bola basket nya, Bola basket
pemberian ayahnya saat umurnya tepat 17 tahun. Kalau saja waktu dapat diputar
kembali,
“Kenapa harus
ibu yang pergi?” Tanya Aryo dalam hati sambil terus menangis.
Ditatapnya
bola basket pemberian Ayahnya, ia ingat ulang tahunnya saat itu. Ibunya masih
terbaring lemas ditempat tidur. Harus nya Hari itu Aryo menghadiri Turnamen
Basket disekolahnya. Tapi ia lebih memilih tinggal dirumah dan menemani ibu.
Apapun untuk ibunya akan ia lakukan,
“ Kamu bukan
nya harus pergi yo..??” Tanya Ibu,
“ gaakk..”
kata Aryo sambil terus mengelap sepatu basketnya yang sudah usang. Ibu melihat
sepatu Aryo.
“ sepatu kamu
udah butut gitu masih dipake yo..?”
“ belom ada
gantinya bu..nanti.. “ kata Aryo
“ kalau bisa
gak usah minta sama Ayah, Jangan tambah-tambah beban Ayah, nanti kalau ada
Rezeki Ibu yang akan belikan…” kata ibunya.
Aryo menatap
ibunya lalu mengangguk, “semoga ibu..” kata Aryo dalam hati, melihat keadaan
ibunya yang seperti itu,kemotherapy membuat badannya kurus dan rambutnya botak.
Seperti mukzizat jika ibunya bisa pulih lagi. Tapi Aryo yakin,ibunya pasti
sembuh. Sorenya ayah datang membawa bola basket, bola basket pertama Aryo.
Sejak saat itu pula, Aryo berjanji suatu hari nanti ia akan menjadi pemain
basket professional, dan ibu akan melihatnya bertanding di turnamen nasional
nanti.
*
Besok hari
pernikahan Ayahnya. Tak akan dirayakan besar-besaran memang, Aryo sudah berniat
tak datang besok, ia duduk di pinggir lapangan basket, matahari perlahan
bersembunyi. Langit senja hari itu memang tak seindah biasanya, sinar matahari
jingga yang seharusnya terlihat dari pinggir lapangan tertutup awan hitam. Aryo
masih duduk memeluk bola basketnya. Kakanya berulang kali menelpon nya tapi tak
diangkat oleh Aryo. Ia ingat pertengkaran nya tadi pagi,
“ lo nih..
bokap lo besok mau nikah lo lebih milih buat main Basket?? Lo gak mikirin
perasaan ayah apa yo?? Ibu gak pernah minta lo jadi pemain basket yang gak
perduli sama keluarga…!!” kata kakaknya Aryo,Aryo hanya diam lalu pergi keluar
rumah.
“ semenjak
gak ada ibu, gak ada yang ngerti perasaan Aryo lagi bu.. . sepertinya Cuma basket
yang ngerti perasaan aryo.. “ kata Aryo.
Ia menatap
langit sore, awan hitam perlahan bergeser, cahaya jingga perlahan terlihat.
Aryo menghela nafasnya panjang.
*
1 minggu
setelah hari pernikahan ayahnya, Aryo sama sekali bertemu dengan ayahnya lagi.
Pulang selalu larut malam, kakaknya seperti tak perduli. 2 hari lagi akan ada
pertandingan basket antar Club. Aryo datang latihan sore itu, akan diumumkan
siapa pemain utama yang akan diturunkan ke lapangan dan menjadi andalan Tim,
Biasanya Aryo yang menjadi pemain utama, bahkan ia yang jadi kapten. Tapi sore
itu rasanya Aryo ingin mati saja, ia sama sekali tidak dipilih. Aryo menahan
marah, pelatih basketnya memintanya berbicara.
“sorry banget
yo..tapi belakangan ini gw liat lo main gak sepenuh hati yo.. permainan lo
jelek banget..!!” kata pelatihnya.
Aryo masih
diam “ gw ngerti apa yang lo rasain,setelah sekian banyak yang lo alamin.. tapi
lo professional dong harusnya..” pelatihnya mencoba menjelaskan. Mendengar
penjelasan dari pelatihnya, Aryo semakin marah..
“ ngerti lo
bilang… gak ada yang bisa ngertiin gw lo tau itu…!!!” kata Aryo sambil
meninggalkan pelatihnya.
*
“semuanya Kau
ambil ya Allah..??? ibu, Basket.. lalu apa lagi..??” Aryo menangis disamping makam ibunya. Tak
lama kemudian ia lalu pergi, bola basketnya ia tinggalkan diatas makam ibunya,
dua hal yang sangat ia sayangi tak bisa menemaninya lagi. Sesampainya dirumah
kakaknya sudah menunggu nya di teras.
“ Aryo…
akhirnya lo pulang juga,kemana aja sih lo??” kata kakaknya cemas.
“ bukan
urusan lo..” kata Aryo lalu masuk kedalam, dilihatnya nenek sedang duduk di
sofa. Wajahnya memang selalu menenangkan. Aryo tak tega jika harus bersikap
kasar pada neneknya yang sangat ia sayangi.
“Yo.. udah
makan..??” Tanya neneknya lembut, Aryo lalu mencium tangan neneknya, lalu masuk
kedalam kamar, sejauh ini, neneknya tak pernah membahas permasalahan ini dengan
Aryo.
*
Aryo masih
terbaring diatas kasurnya, ditatapnya langit-langit dalam kamarnya. Tiba-tiba
ada yang mengetok pintu, Aryo menutup wajahnya dengan guling, “itu pasti
kakak..” fikirnya. Tapi tak lama kemudian, pintunya dibuka, nenek tersenyum
melihat Aryo yang menutupi wajahnya dengan guling, lalu mengusap lengan Aryo
lembut. Aryo membuka wajahnya, terkejutnya ia ketika melihat nenek ada
disamping Ranjangnya,
“kamu,..makin
kurus yo…” kata nenek sambil mengelus rambut Aryo.Aryo masih diam.
“hm… nenek
gak akan minta kamu cerita, kenapa kamu belakangan ini.. tapi nenek Cuma mau
kamu tau.. Tuhan masih sayang sama kamu, banyak orang yang sayang sama kamu
yo!” kata nenek. Aryo menggeleng.
“ kamu lebih
beruntung dibandingkan orang-orang yang ada diluar sana, tak ada ibu,tak ada
ayah, tak punya kakak, tak bisa main basket, harus mencari uang sendiri,
tinggal dijalanan. Sedangkan kamu… kamu dikelilingi sama orang-orang yang
sayang sama kamu. Ayah, kakak, Nenek… yang sampai kapaan pun akan selalu sayang
sama kamu..kamu gak sendirian disunia ini Aryoo.. masih ada nenek,…” kata nenek
sambil mengelus rambut Aryo, tak sadar Aryo meneteskan Air mata. Ia memeluk
nenek erat. “ Aryo kangen ibu neek..” kata Aryo.
“yang tak
terlihat bukan berarti tak ada..ibu memang sudah tak bisa kamu lihat, tapi Ibu
akan tetap ada di dalam hati kamu bukan? Ada di dalam setiap doa kamu.. “ nenek
mencium kening Aryo. Hati Aryo perlahan menjadi hangat, seperti ada sesuatu
yang mengangkat semua beban yang ada di dalan hati nya.
*
Riuh tepuk
tangan menggema diseantero lapangan, tepuk tangan tak henti-henti nya
bergemuruh setiap pemain basket bernomor punggung 24 memasukan bola kedalam
Ring. Turnamen Basket nasional, yang diadakan di Bandung ini lebih ramai,
terutama karena datangnya pemain basket muda berbakat yang saat ini sedang
marak dibicarakan di kalangan pencinta basket, nomor punggung 24 . Dengan
lincah ia mendrible bola basket, poin demi poin ia ciptakan, bintang lapangan
itu menjadi pusat perhatian. Tepuk tangan kembali bergemuruh ketika pemain itu
mencetak Three point di menit terakhir, poin kemenangan bagi tim. para
supporter menuruni tribun memasuki lapangan diangkatnya sang Bintang lapangan
Aryo Nugroho.setelah keriuhan para supporter mereda Aryo seperti mencari-cari
sesuatu. Dilihatnya di pojok lapangan,Ayah dan kakaknya datang. Aryo berlari
menghampirinya, di peluknya sang Ayah erat-erat, “makasih yah…” kata Aryo
berbisik. Ayah tak mampu lagi menahan Air mata, Aryo menatap Ayahnya lalu
tersenyum..
“akhirnya
kamu jadi pemain basket dan bisa ikut di turnamen nasional ya dek..” kata
Kakaknya bangga, Aryo tersenyum bahagia. Ayah aryo tiba-tiba memberikan
sesuatu.
“bola basket
kamu… tertinggal di makam ibu..” kata Ayah.
Aryo menjadi
terharu di peluknya lagi ayahnya,Aryo fikir bola itu benar-benar sudah hilang.
Tapi ternyata masih ada.
“ibu dan
nenek pasti melihat kamu dari surga sana… mereka pasti bangga sama kamu..!”
kata Ayah. Aryo ingat pesan terakhir nenek sebelum ia meninggalkan Aryo untuk
selama-lamanya. “ Yang tak terlihat,bukan berarti tak ada.. bersyukurlah lah,
karena orang-orang disekelilingmu sangat sayang sama kamu… bagaimana pun kamu..
keluargamu pasti sayang sama kamu…!”
“ibu…nenek…
bangga kah kalian melihat Aryo seperti ini?? Aryo sayang sekali sama kalian..!”
Kata Aryo dalam hati. Lalu keluar stadium bersama Ayah dan kakak nya.
0 Comment